Tugas
Makalah Konsep Kebidanan
PERAN BIDAN SEBAGAI PELAKSANA
Disusun
guna memenuhi sebagian syarat dalam
Tugas
Praktikum Konsep Kebidanan
di
akademi Kebidanan Yogyakarta
Oleh
:
Marinda Anggasari
AKADEMI
KEBIDANAN YOGYAKRTA
YOGYAKARTA
2012
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin.
Segala puji bagi Allah SWT, yang tiada tuhan selain diri-Nya yang menguasai
alam semesta ini, dan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua,
sehingga dengan ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah .
Penyusun
Makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan dan pengarahan dari
semua pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini Penulis ingin mengucapkan
terimaksih kepada :
- Drs.
Hendri Soekirdi, M.Kes selaku direktur utama Akademi Kebidanan Yogyakarta.
- Eny
Retna A,S,Si,T. selaku pembimbing dan koordinatorPsikologi di
Akademi Kebidanan Yogyakarta.
- Rekan-rekan
Akademi Kebidanan Yogyakarta.
Dengan
segala kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan.Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik, saran dan evaluasi
demi peningkatan Makalah ini.
Yogyakarta,
Desember 2012
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Setelah persalinan seorang wanita akan mengalami masa nifas ( peurperium
). Masa nifas ini dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan semula sebelum hamil. Masa nifas merupakan
masa sesudah persalinan yang di perlukan untuk pemulihan kembali organ
reproduksi dengan tenggang waktu 42 hari atau 6 minggu atau 1 bulan 7 hari .
Pada masa nifas ini selain menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada
organ wanita, akan menyebabkan pula terjadi perubahan kondisi kejiwaab
(psikologi) ibu. Dari yang semula belum mempunyai momongan kini ia telah
menjadi ibu sekaligus orang tua bagi bayi mungilnya.http:/Sabili.
Menjadi orang tua, adalah masa
krisis tersendiri dan ibu harus mampu melewati masa transisi ini . Secara
psikologi seorang ibu akan merasakan gejala-gejala psikiartik setelah
melahirkan . Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita yang tengah mengalami
masa melahirkan baik secara fisik maupun psikis . Sebagian wanita ada yang behasil menghadapi masa tersebut dan sebagian
wanita ada pula yang tidak bisa menyesuaikan diri, bahkan
bagi mereka yang tidak dapat menyesuaikan dili akan mengalami gangguan-gangguan
psikologis. Menurut data WHO tahun 2009, kematian ibu akibat masalah persalinan
atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang memiliki rasio tertinggi
dengan 500 kematian ibu per 100 ribu kelahiran hidup. ( Http:/Jsuyono.blogspot.com/2012/10/masa-nifas.html
).Angka kematian ibu ( AKI ) di Indonesia sangat
memprihatinkan temasuk angka kematian yang tertingggi dari hasil Surve
Demografi dan Kesehatam Indonesia (SDKI) , angka kematian ibu pada tahun 2009
adalah sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup ( co.id).
Dari hasil Angka Kematian Ibu di Indonesia penulis tertarik untuk
melakukan pengkajian pada ibu nifas supaya bisa membandingkan antara teori dan
realita yang ada tentang perubahan psikologi ibu nifas.
B. Tujuan
1. Mengetaahui
perubahan fisik maupun fisikologi ibu nifas
2. Untuk
mengatahui perbandingan antara teori dengan hasil observasi lapangan yang telah
di lakukan (kunjungan kerumah pasien )
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Nifas
Nifas disebut juga post partum atau puerpurium adalah masa
atau waktu sejak bayi lahir dan plasenta keluar sampai enam minggu disertai
dengan pulihnya kembali organ-organ kandungan (Suherni, Widyasih &
Rahmawati 2008, p.01).
B. Definisi
Masa Nifas
1. Masa
nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat
kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama
6-8 minggu (Saifuddin et al, 2002).
2. Masa
nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6
minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
3. Masa
nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang
meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke
keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
4. Masa
nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk
memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. (
Ibrahim C, 1998).
C. Perubahan
Fisiologis Pada Ibu Masa Nifas ( Alat-alat Vital )
Beberapa perubahan tanda – tanda vital
terlihat jika wanita dalam keadaan normal, peningkatan darah systole maupun
diastole timbul dan berlangsung selama 4 hari, setelah wanita melahirkan,
fungsi pernafasan akan kembali seperti wanita tidak hamil pada bulan ke 6
setelah wanita melahirkan. Saat rahim kosong, diafragma turun, aksis jantung
kembali normal, dan impulase titik maksimum (point of maximum impulase (PMI))
dan EKG kembali normal. Perubahan fisiologis pada masa nifas ( tanda – tanda
vital) meliputi, Suhu badan, nadi,pernafasan, dan tekanan darah.
a)
Suhu badan
Satu hari
(24jam) postpatum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C – 38°C), suhu dapat naik
kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal sebagai akibat kerja keras
waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, Apabila keadaan normal suhu
badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena
adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena
banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada
endometrium, mastitis, tractus genitalis atau sistem lain. Apabila kenaikan
suhu di atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.
b)
Nadi
Denyut
nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya
denyut nadi akan lebih cepat. Bradichardi umumnya ditemukan 6-8 jam pertama
setelah persalinan. Bradichardi merupakan suatu konsekuensi peningkatan cardiac
out put & stroke volume. Nadi kembali seperti keadaan sebelum hamil 3 bulan
setelah persalinan.Nadi diantara 50-70x/ menit dianggap normal. Nadi yang cepat
/ > mungkin indikasi hipovolumia sekunder dari perdarahan.
c)
Pernafasan
Frekuensi
pernafasan normal pada orang adalah 16-24 kali per menit.Pada ibu umumnya
pernafasan lambat atau. Normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan
atau dalam kondisi.istirahat. Pernafasan akan menurun sampai pada keadaan
noramal seperti sebelum hamil, keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan
keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan
mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas.
Hipoventilasi dan Hypotensi mungkin terdapat pada suatu keadaan yang tidak
normal, sehingga sering kali terjadi peningkatan subarachnoid (spinal block).
d)
Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah / tidak berubah sama sekali. Hipotensi
ortostatik yang diindikasikan dengan perasaan pusing atau pening setelah
berdiri dapat berkembang dalam 48 jam pertama sebagai suatu akibat gangguan
pada daerah persyarafan yang mungkin terjadi setelah persalinan. Penyebab
tekanan darah menurun karena adanya hipovolumia karena perdarahan. Bagaimanapun
itu tanda yang terakhir dan gejala lain perdarahan harus diwaspadai. Penyebab
Tekanan darah meningkat karena diakibatkan oleh penggunaan obat oxytosin yang
berlebihan jika terjadi hipertensi pada kehamilan atau terjadi pada periode I
pospartum maka evaluasi rutin tekanan darah diperlukan.Jika seorang wanita
mengalami sakit kepala, hipertensi adalah sebagai suatu penyebab Analgetik
diberikan jika tensi tinggi & wanita harus cukup istirahat.
D.
ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PADA
MASA NIFAS
1) Perubahan Pada Uterus
a.
Perubahan
Pada Pembuluh Darah Uterus
Kehamilan yang
sukses membutuhkan peningkatan aliran darah uterusyang cukup besar. Untuk menyuplainya,
arteri dan vena di dalam uterus terutama di plasenta menjadi luar biasa
membesar, begitu juga pembuluh darah ke dan dari uterus, pembentukan pembuluh-pembuluh
darah baru juga akan menyebabkan peningkatan aliran darah yang bermakna.
Setelah kelahiran, kaliber pembuluh darah ekstrauterin berkurang sampai
mencapai, atau paling tidak mendekati keadaan sebelum hamil.
Di dalam uterus nifas, pembuluh darah mengalami obliterasi akibat perubahan hialin, dan pembuluh – pembuluh yang lebih kecil menggantikannya. Resorpsi residu hialin dilakukan melalui suatu proses yang menyerupai proses pada ovaruium setelah ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Namun, sisa – sisa di dalam jumlah kecil dapat bertahan selama bertahun – tahun.
Di dalam uterus nifas, pembuluh darah mengalami obliterasi akibat perubahan hialin, dan pembuluh – pembuluh yang lebih kecil menggantikannya. Resorpsi residu hialin dilakukan melalui suatu proses yang menyerupai proses pada ovaruium setelah ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Namun, sisa – sisa di dalam jumlah kecil dapat bertahan selama bertahun – tahun.
b. Perubahan Pada Serviks dan Segmen Bawah Uterus
Tepi luar serviks, yang
berhubungan dengan os eksternum, biasanya mengalami laserasi terutama di bagian
lateral. Ostium serviks berkontraksi perlahan, dan beberapa hari setelah
bersalin ostium serviks hanya dapat ditembus oleh dua jari. Pada akhir minggu
pertama, ostium tersebut telah menyempit. Karena ostium menyempit, serviks
menebal dan kanal kembali terbentuk. Meskipun involusi telah selesai, os
eksternum tidak dapat sepenuhnya kembali ke penampakannya sebelum hamil. Os ini
tetap agak melebar, dan depresi bilateral pada lokasi laserasi menetap sebagai
perubahan yang permanen dan menjadi cirri khas serviks para. Harus diingat juga
bahwa epitel serviks menjalani pembentukan kembali dalam jumlah yang cukup
banyak sebagai akibat kelahiran bayi.
Segmen bawah
uterus yang mengalami penipisan cukup bermakna akan berkontraksi dan tertarik
kembali, tapi tidak sekuat pada korpus uteri. Dalam waktu beberapa minggu,
segmen bawah telah mengalami perubahan dari sebuah struktur yang tampak jelas
dan cukup besar untuk menampung hamper seluruh kepala janin, menjadi isthmus
uteri yang hampir tak terlihat dan terletak diantara korpus uteri diatasnya dan
os eksternum serviks dibawahnya.
c.
Involusi
Korpus Uteri
Segera setelah
pengeluaran plasenta, fundus korpus uteri yang berkontraksi terletak kira –
kira sedikit di bawah umbilicus. Korpus uteri kini sebagian besar terdiri atas
miometrium yang dibungkus lapisan serosa dan dilapisi desidua basalis. Dinding
anterior dan posteriornya saling menempel erat, masing – masing tebalnya 4
sampai 5 cm. Karena pembuluh darah tertekan oleh miometrium yang berkontraksi,
uterus nifas pada potongan tampak iskemik bila dibandingkan dengan uterus hamil
yang hiperemesis dan berwarna ungu kemerah – merahan. Setelah 2 hari pertama, uterus
mulai menyusut, sehingga dalam 2 minggu orga ini telah turun ke rongga panggul
sejati. Organ ini mencapai ukuran seperti semula sebelum hamil dalam waktu
sekitar 4 minggu. Uterus segera setelah melahirkan mempunyai berat sekitar 1000
gram. Akibat involusi, 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, pada akhir
minggu kedua turun menjadi sekitar 300 gram, dan segera setelah itu menjadi 100
gram atau kurang. Jumlah total sel otot tidak berkurang banyak ; namun, sel –
selnya sendiri jelas sekali berkurang ukurannya. Involusi rangka jaringan ikat
terjadi sama cepatnya.
Karena pelepasan
plasenta dan membran – membran terutama terjadi di stratum spongiosum, desidua
basalis tetap berada di uterus. Desidua yang tersisa mempunyai bentuk bergerigi
tak beraturan, dan terinfiltrasi oleh darah, khususnya di tempat melekatnya
plasenta.
d.
Lokhia
Pada masa awal
nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan keluarnyadischarge vagina dalam
jumlah bervariasi yang disebut lokhia. Secaramikroskopis, lokhia terdiri atas eritrosit,
serpihan desidua, sel – sel epitel, dan bakteri. Mikroorganisme ditemukan pada
lokhia yang menumpuk di vagina dan pada sebagian besar kasus juga ditemukan
bahkan bila discharge diambil dari rongga uterus.
Selama beberapa
hari pertama setelah melahirkan, kandungan darah dalam lokhia cukup banyak
sehingga warnanya merah lokhia rubra. Setelah 3 atau 4 hari, lokhia menjadi
sangat memucat lokhia serosa. Setelah sekitar 10 hari, akibat campuran leukosit
dan berkurangnya kandungan cairan, lokhia menjadi berwarna putih atau putih
kekuning – kuningan lokhia alba.
e.
Regenerasi
Endometrium
Dalam waktu 2 atau
3 hari setelah melahirkan, sisa desidua berdiferensiasimenjadi dua lapisan.
Stratum superficial menjadi nekrotik, dan terkelupas bersama lokhia. Stratum basal
yang bersebelahan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan
endometrium baru. Endometrium terbentuk dari proliferasi sisa – sisa kelenjar
endometrium dan stroma jaringan ikat antar kelenjar tersebut.Proses regenerasi
endometrium berlangsung cepat, kecuali pada tempatmelekatnya plasenta. Dalam
satu minggu atau lebih, permukaan bebas menjaditertutup oleh epitel dan seluruh
endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga.
f.
Sub Involusi
Istilah ini
menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau terjadinyaretardasi involusi,
proses yang normalnya menyebabkan uterus nifas kembali ke bentuk semula. Proses
ini disertai pemanjangan masa pengeluaran lokhia dan perdarahan uterus yang
berlebihan atau irregular dan terkadang juga disertai perdarahan hebat. Pada
pemeriksaan bimanual, uterus teraba lebih besar dan lebih lunak dibanding
normal untuk periode nifas tertentu. Penyebab subinvolusi yang telah diketahui
antara lain retensi potongan plasenta dan infeksi pamggul. Karena hampir semua
kasus subinvolusi disebabkan oleh penyebab local, keadaan ini biasanya dapat
diatasi dengan diagnosis dan penatalaksanaan dini pemberian ergonovin
(ergotrate) atau metilergonovin (methergine) 0,2 mg setiap 3 atau 4 jam selama
24 sampai 48 jam direkomendasikan oleh beberapa ahli. Namun efektivitasnya
dipertanyakan. Di lain pihak, metritis berespon baik terhadap terapi antibiotic
oral.
g.
Involusi
Tempat Melekatnya Plasenta
Segera setelah
kelahiran, tempat melekatnya plasenta kira – kira berukuransebesar telapak
tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu kedua,
diameternya hanya 3 sampai 4 cm. Dalam waktu beberapa jam setelah kelahiran,
tempat melekatnya plasenta biasanya terdiri atas banyak pembuluh darah yang
mengalami thrombosis yang selanjutnya mengalami organisasi thrombus secara
khusus.
2)
Perubahan
Pada Traktus Urinarius
Kehamilan normal
biasanya disertai peningkatan cairan ekstraseluler yang cukupbermakna, dan
diuresis masa nifas merupakan kebalikan fisiologis dari proses ini. Diuresis
biasanya terjadi antara hari kedua dan kelima. Bahkan bila wanita tersebut
tidak mendapat infuse cairan intravena yang berlebihan selama persalinan dan
kelahiran. Rangsang untuk retensi cairan akibat hiperestrogenisme terinduksi
kehamilan dan peningkatan tekanan vena pada setengah bagian bawah tubuh akan
berkurang setelah kelahiran, dan hipervolemi residual akan menghilang. Pada
preeclampsia, baik retensi cairan antepartum maupun diuresis postpartum dapat
sangat meningkat.Kandung kemih masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah
besar dan relative tidak sensitive terhadap tekanan cairan intravesika.
Overdistensi pengosongan yang tidak sempurna dan urine residual yang berlebihan
sering dijumpai. Pengaruh anestesi terutama anestesi regional yang melumpuhkan,
dan gangguan tenporer fungsi saraf kandung kemih, tidak diragukan perannya.
Urine residual dan bakteriuria pada kandung kemih yang mengalami cedera,
ditambah dilatasi pelvis renalis dan ureter, membentuk kondisi yang optimal
untuk terjadinya infeksi saluran kemih. Ureter dan pelvis renalis yang
mengalami dilatasi akan kembali ke keadaan sebelum hamil mulai dari minggu ke 2
sampai ke 8 setelah kelahiran.
1.
Relaksasi
Muara Vagina dan Prolapsus Uteri
Pada awal masa
nifas, vagina dan muara vagina membentuk suatu lorong luasberdinding licin yang
berangsur – angsur mengecil ukurannya tapi jarang kembali ke bentuk nulipara.
Rugae mulai tampak pada minggu ketiga. Himen muncul kembali sebagai kepingan –
kepingan kecil jaringan, yang setelah mengalami sikatrisasi akan berubah
menjadi carunculae mirtiformis.Laserasi luas perineum saat kelahiran akan diikut
relaksasi introitus. Bahkan bilatak tampak laserasi eksterna, peregangan
berlebih akan menyebabkan relaksasi nyata. Lebih lanjut, perubahan pada
jaringan penyangga panggul selama persalinan merupakan predisposisi prolaps
uteri dan inkontenensia uri stress. Pada umumnya, operasi korektif ditunda
hingga seluruh proses persalinan selesai, kecuali tentu saja terdapat kecacatan
serius, terutama inkontinensia uri akibat stress, yang menimbulkan gejala –
gejala yang membutuhkan intervensi.
2.
Peritonium
dan Dinding Abdomen
Ligamentum latum
dan rotundum jauh lebih kendur disbanding kondisi saat tidakhamil, dan ligament
– ligament ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk pulih dari peregangan dan
pengenduran yang berlangsung selama kehamilan.Sebagai akibat putusnya serat –
serat elastis kulit dan distensi yangberkepanjangan yang disebabkan uterus
hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Kembalinya
struktur ini ke keadaan normal memerlukan waktu beberapa minggu, tapi pemulihan
dapat dibantu dengan olahraga. Selain timbulnya striae yang berwarna keperak –
perakan, dinding abdomen biasanya kembali ke keadaan sebelum hamil. Namun, jika
otot – ototnya tetap atonik, dinding abdomen akan tetap kendur.
3)
Kelenjar
Mamae
a.
Payudara
Puting susu,
areola, duktus & lobus membesar, vaskularisasi meningkat (Breast
Engorgement).
b.
Laktasi
Masing – masing
buah dada terdiri dari 15 – 24 lobi yang terletak terpisah satu sama lain oleh
jaringan lemak. Tiap lobus terdiri dari lobuli yang terdiri pula dari acini
yang menghasilkan air susu. Tiap lobules mempunyai saluran halus untuk
mengalirkan air susu. Saluran – saluran yang halus ini bersatu menjadi satu
saluran untuk tiap lobus. Saluran ini disebut ductus lactiferosus yang memusat
menuju ke putting susu di mana masing – masing bermuara.Keadaan buah dada pada
2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada waktu ini buah
dada belum mengandung susu, melainkan colostrum yang dapat dikeluarkan dengan
memijat areola mamae. Colostrum adalah cairan kuning yang disekresi oleh
payudara pada awal masa nifas.Progesteron dan estrogen yang dihasilkan plasenta
merangsang pertumbuhan kelenjar – kelenjar susu, sedangkan progesterone
merangsang pertumbuhan saluran kelenjar. Kedua hormone ini mengerem LTH
(prolactin). Setelah plasenta lahir, maka LTH dengan bebas dapat merangsang
laktasi.Pada kira – kira hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras
dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu dan kalau areola mamae
dipijat, keluarlah cairan putih dari puting susu
E.
PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS
Menjadi orang tua
adalah merupakan krisis dari melewati masa transisi. Masa transisi pada
postpartum yang harus diperhatikan adalah :
1. Phase Honeymoon
1. Phase Honeymoon
Phase Honeymoon
ialah Phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak yang lama antara ibu
– ayah – anak. Hal ini dapat dikatakan sebagai “ Psikis Honeymoon “ yang tidak
memerlukan hal-hal yang romantik. Masing-masing saling memperhatikan anaknya
dan menciptakan hubungan yang baru.
2. Ikatan kasih ( Bonding dan
Attachment )
Terjadi pada kala
IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak, dan tetap dalam ikatan kasih,
penting bagi perawat untuk memikirkan bagaimana agar hal tersebut dapat
terlaksana partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya
untuk proses ikatan kasih tersebut.
3. Phase Pada Masa
Nifas
a. Phase “ Taking
in “
Perhatian ibu
terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan tergantung berlangsung 1
– 2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya tetapi bukan berarti
tidak memperhatikan. Dalam Phase yang diperlukan ibu adalah informasi tentang
bayinya, bukan cara merawat bayi.
b. Phase “ Taking
hold “
Phase kedua masa
nifas adalah phase taking hold ibu berusaha mandiri dan berinisiatif. Perhatian
terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya misalnya kelancaran buang air
besar hormon dan peran transisi. Hal-hal yang berkontribusi dengan post partal
blues adalah rasa tidak nyaman, kelelahan, kehabisan tenaga. Dengan menangis
sering dapat menurunkan tekanan. Bila orang tua kurang mengerti hal ini maka
akan timbul rasa bersalah yang dapat mengakibatkan depresi. Untuk itu perlu
diadakan penyuluhan sebelumnya, untuk mengetahui bahwa itu adalah normal.
4. Bounding
Attachment
Bounding merupakan
satu langkah awal untuk mengungkapkan perasaan afeksi ( kasih sayang )sedangkan
Atachmen merupakan interaksi antara ibu dan bayi
secara spesifik sepanjang waktu.Jadi Bounding
Atachmen adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk memberikan
kasih sayang yang merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus
menerus. Dengan kasih sayang yang diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk
ikatan antara orang tua dan bayinya.
5. Respon Antara
Ibu dan Bayinya Sejak Kontak Awal Hingga Tahap Perkembangannya.
a.
Touch (
sentuhan ).
Ibu memulai dengan
ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan ekstremitas bayinya. Dalam
waktu singkat secara terbuka perubahan diberikan untuk membelai tubuh. Dan
mungkin bayi akan dipeluk dilengan ibu. Gerakan dilanjutkan sebagai gerakan
lembut untuk menenangkan bayi. Bayi akan merapat pada payudara ibu. Menggenggam
satu jari atau seuntai rambut dan terjadilah ikatan antara keduanya.
b.
Eye To Eye
Contact ( Kontak Mata )
Kesadaran untuk
membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai
efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya
sebagai factor yang penting sebagai hubungan manusia pada umumnya. Bayi baru
lahir dapat memusatkan perhatian pada suatu obyek, satu jam setelah kelahiran
pada jarak sekitar 20-25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik orang dewasa
pada usia kira-kira 4 bulan, perlu perhatian terhadap factor-faktor yang
menghambat proses tersebut
Mis ; Pemberian salep mata dapat ditunda beberapa waktu sehingga tidak mengganggu adanya kontak mata ibu dan bayi
Mis ; Pemberian salep mata dapat ditunda beberapa waktu sehingga tidak mengganggu adanya kontak mata ibu dan bayi
c.
Odor ( Bau
Badan ).
Indra penciuman
bayi sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan peranan dalam nalurinya
untuk mempertahankan hidup.
Penelitian
menunjukan bahwa kegiatan seorang bayi, detak jantung dan pola bernapasnya
berubah setiap kali hadir bau yang baru, tetapi bersamaan makin dikenalnya bau
itu sibayipun berhenti bereaksi.Pada akhir minggu I seorang bayi dapat
mengenali ibunya dari bau badan dan air susu ibunya.Indra Penciuman bayi akan
sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya ASI pada waktu tertentu.
d.
Body Warm (
Kehangatan Tubuh )
Jika tidak ada
komplikasi yang serius seorang ibu akan dapat langsung meletakan bayinya diatas
perut ibu, baik setalah tahap kedua dari proses melahirkan atau sebelum tali
pusat dipotong.
Kontak yang segera
ini memberikan banyak manfaat baik bagi ibu maupun sibayi kontak kulit agar
bayi tetap hangat.
e.
Voice (
Suara )
Respon antara ibu
dan bayi berupa suara masing-masing orang tua akan menantikan tangisan pertama
bayinya. Dari tangisan tersebut ibu merasa tenang karena merasa bayinya baik (
hidup ).
Bayi dapat
mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan bila ia dapat mendengar
suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara
itu terhalang selama beberapa hari terhalang cairan amniotic dari rahim yang
melekat pada telinga.
Banyak Penelitian
memperhatikan bahwa bayi-bayi baru lahir bukan hanya mendengar secara pasif
melainkan mendengarkan dengan sengaja dan mereka nampaknya lebih dapat
menyesuaikan diri dengan suara-suara tertentu daripada yang lain.Contoh ; suara
detak jantung ibu.
f.
Entrainment
( gaya bahasa )
BBL menemukan
perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa artinya perkembangan bayi
dalam bahasa dipengaruhi diatur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam
berkomunikasi ( komunikasi yang positip )
g.
Biorhytmicity
( Irama Kehidupan )
Janin dalam rahim
dapat dikatakan menyesuaikan dengan irama alamiah ibunya seperti halnya denyut
jantung. Salah satu tugas bayi setelah adalah menyesuaikan irama dirinya
sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh
kasih yang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda bahaya untuk
mengembangkan respon bayi dan interaksi social serta kesempatan untuk belajar.
6. Post
Partum Blues
a. Definisi
Post partum blues merupakan kesedihan
atau kemurungan setelah melahirkan, biasanyahanya muncul sementara waktu
yakni sekitar dua hari hingga 10 hari sejak kelahiran
bayinya.Gejala-gejala post partum blues, sebagai berikut :1. Cemas tanpa
sebab2.Menangis tanpa sebab3.Tidak percaya diri4.Tidak
sabar 5.Sensitif, mudah tersinggung6.Merasa kurang menyangi
bayinya7.Tidak memperhatikan penampilan dirinya8.Kurang menjaga kebersihan
dirinya9. Gejala fisiknya seperti : kesulitan bernafas, ataupun
perasaan yang berdebar-debar.10. Ibu merasakan kesedihan, kecemasan yang
berlebihan11.Ibu merasa kurang diperhatikan oleh suami ataupun keluarga.
b. Etiologi
Ada beberapa hal yang
menyebabkan post partum blues, diantaranya :
1. Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang
nyaman oleh si ibu.
2. Kurangnya dukungan dari
keluarga maupun suami
3.Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami
gangguan psikologis
4.Hubungan sex yang kurang menyenangkan
setelah melahirkan
5.Tidak ada perhatian dari suami maupun
keluarga
6. Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua
dimasa kanak-kanak atau remaja
Misalnya tidak mempunyai saudara kandung
untukdirawat.Dengan kata lain para wanita
lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jikamereka terisolasi
secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa
kehidupanyang menakan.Post partum blues tidak berhubungan dengan perubahan
hormonal, bikimia atau kekurangangizi. Antara 8% sampai 12% wanita tidak
dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua danmenjadi sangat tertekan
sehingga mencari bantuan dokter.
c. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan disini adalah cara mengatasi gangguan
psikologis pada nifas dengan post partum
blues. Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah ini yaitu :
1. Dengan cara pendekatan komunikasi teraupetik
Tujuan dari komunikasi teraupetik adalah menciptakan
hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan
cara :
a.
Mendorong pasien mampu
meredakan segala ketegangan emosi.
b.
Dapat memahami
dirinya
c.
Dapat mendukungtindakan konstruksi.
d.
Peningkatan support
mental/dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologisyang berhubungan
dengan masa nifas dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu
akanmengalami fase-fase, sebagai berikut :
a. Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang
berlangsung pada hari pertama sampaihari kedua setelah melahirkan. Pada saat
itu focus perhatian ibu hanya pada dirinya sendiri, pengalaman selama
proses persalinan sering berulang-ulang diceritakannya. Hal ini
membuatcenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya.
b. Fase taking hold yaitu periode yang
berlangsung antara 3-10 hari setelah persalinan. Padafase ini ibu merasa
khawatir akan ketidak mampuannya dan rasa tanggung
jawabnya dalammerawat bayi. Pada fase ini ibu karena saat ini merupakan
kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan
dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percayadiri.c. Fase letting go, merupakan fase menerima
tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari
setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawatdiri
dan bayinya sudah meningkat
e.
Pencegahan
Post partum blues dapat dicegah dengan cara :
1).
Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk
selalumemperhatikan si ibu.
2). Menu makanan yang
seimbang.
3). Olah raga secara
teratur .
4). Mintalah bantuan
pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.
5) Rencanakan
acara keluar bersama bayi berdua dengan suami.
BAB III
STUDI KASUS
BIODATA AYAH
Nama :
Pujianto
TTL :
Bantul, 21 April 1970
Agama :
Islam
Umur :
43 tahun
Pendidikan :
SMA
Pekerjaan : Wiraswata
Suku/ bangsa :
Jawa/Indonesia
Alamat :
RT.4, Ukir Sari, Imogiri
BIODATA IBU
Nama :
Ratni Nurlia Padli
TTL :
Lampung, 21 April 1980
Agama :
Islam
Umur :
33 tahun
Pendidikan :
SMP
Pekerjaan :
Ibu Rumah Tangga
Suku/bangsa :
Jawa/Indonesia
Alamat :
RT.4, Ukir Sari, Imogiri
BIODATA ANAK
Nama :
Noviana dan Noviani
TTL :
31 November 2012
Jenis kelamin :
Perempuan
Umur :
1 minggu
Berat Bayi :
Noviana ( 21 gram)
Noviani ( 27 gram)
Panjang Bayi :
Noviana ( 45 cm)
Noviani ( 43 cm)
Ibu mengatakan bahwa perasaan ibu setelah berhasil
melahirkan menjadi lega namun juga sedih. Senang karena sudah bisa melahirkan
dengan selamat dan bisa melewati masa mengandung selama 9 bulan terlebih lagi
bayi yang dilahirkan adalah kembar perempuan sungguh suatu hal sangat istimewa
bagi sang ibu dan keluarga. Sedih karena sang ibu menjadi kerepotan saat sang
bayi menangis maka kembaran bayi tesebut pun ikut menangis juga.
BAB IV
PEMBAHASAN
A.
Proses Adaptasi Psikologis Ibu
Dalam Masa Nifas
1. Adaptasi Psikologis Ibu
Masa nifas
adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai enam minggu berikutnya.
Waktu yang tepat dalam rangka pengecasan postpartum adalah 2-6 jam, 2 jam-6
hari, 2 jam-6 minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari 6 minggu ). Berarti
enam minggu pertama setelah ibu melahirkan yang mungkin kelihatannya agak
mengejutkan hati dalam sebuah buku ingormal seperti ini. Pengawasan dan asuhan
postpartum masa nifas sangat diperlukan yang bertujuan untuk
a.
menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologi
b.
melaksanakan sekrining yang komrenshensif, mendeteksi
masalah mengobatai, atau merujuk bila terjadi komlikasi pada ibu maupun bayinya
c.
memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehtan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imuniasasi pada saat bayi sehat
d.
memberikan pelayana KB gangguan yang sering terjadi
pada masa nifas berupa gangguan psikologis seperti postpartum blues (PPS),
depresi postpartum dan postpartum psikologi.
2. Postpartum Blues
Postpartum
Blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya
muncul sementara waktu yakni sekita dua hari hngg dua minggu sejak kelahiran
bayi yang ditandai gejala-gejala sebagai berikut:
a. Cemas
tanpa sebab
b. Menangis
tanpa sebab
c. Tidak
sabar
d. Tidak
percaya diri
e. Sensitif
mudah tersinggung
f. Merasa
kurang menyayangi bayinya
Jika gejala
seperti diatas dianggap enteng, keadaan
ini bisa serius dan bisa bertahan dua minggu sampai satu tahun dan akan
berkelanjutan menjadi postpatum syndrome. Gangguan psikologis pada nifas degan postpartum blues
dapat diatasi dengan cara sebagai berikut.
1)
Komunikasi
Terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah
menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya
dengan cara
a) mendorong
pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
b) dapat
memahami dirinya
c) dapat
mendukug tindakat konstruktif
2)
Meningkatkan Support
Mental / Dukungan Keluarga Dalam Mengatasi Gangguan Psikologis Yang Berhubungan
Dengan Masa Nifas
Dalam
menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase berikut
ini:
a.
fase taking ini yaitu periode ketergantungan yang
berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan . pada saat
itu fokus pertahatian ibu terutama pada diri sendiri. Pengalamanselamaa proses
persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu
menjadi pasif terhadap lingkungan.
b.
Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara
3-10 hari setelah malahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya
dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan
dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai
penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
c.
Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab
akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah
dapat menyesuaikan diri, merwat diri dan bayinya sudah meningkat. Ada kalnya
ibu mengalami perasaa sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut
baby blues.
Jika keadaan seperti diatas
terjadi, disarankan untuk
a.
minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika
membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan;
b.
memberitahu suami mengenai apa yang sedang seorang ibu
rasakan serta meminta dukungan dan pertolongannya;
c.
membuang rasa cemas dan kekhawatirnya akan kemampuan
merawat bayi karena semangkin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil
dan percaya diri;
d.
mencari hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri.
B.
Pembahasan
Studi Kasus
Dari kasus yang telah
diuraikan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa Ibu Ratni, yang saat ini telah
selesai melahirkan dua putri kembarnya, ketika akan menghadapi masa persalinan
sempat mendapat guncangan psikis akibat adanya kesalahan dari diagnosa dokter
tentang ukuran janin yang dikandungnya. Pada saat sebelum mendekati masa
persalinan, dokter meyakinkan bahwa Ibu Ritni dapat melahirkan secara normal.
Namun, ketika hendak melakukan persalinan, dokter terpaksa mengambil tindakan operasi cesar
karena ukuran janin yang terlalu besar.
Berdasarkan pemaparan
sebelumnya, maka terdapat kemungkinan Ibu ratni akan mengalami gangguan
psikologi karena adanya perubahan rencana dalam proses melahirkan dari normal
menjadi operasi cesar. Kemungkinan akan adanya gangguan psikologi juga
diperkuat dengan keadaan bahwa seorang ibu yang melalui proses persalinan
dengan cara operasi cesar akan membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama
daripada persalinan normal. Sebagai seorang ibu, Ibu ratni juga mempunya tujuh
anak lain yang juga menjadi tanggung jawabnya untuk mengasuh dan membesarkan
serta mendidik mereka. Di samping itu, Ibu ratni merupakan seorang ibu rumah
tangga yang memiliki kewajiban dan hak untuk dipenuhi. Sehingga, lamanya waktu
pemulihan akibat operasi cesar akan menghambat setiap kegiatan yang harus
dilakukan oleh seorang ibu yang berkemungkinan menimbulkan gangguan psikologis
terhadap Ibu Ratni.
Fakta yang diperoleh
dari wawancara, ternyata Ibu ratni mengaku bahwa dia tidak mengalami gangguan
psikologi apapun saat dalam fase nifas. Dia merasa biasa-biasa saja dan tidak
ada tekanan terhadap apa yang dia alami. Ibu Ratni mengungkapkan bahwa pada
saat dia sedang berada dalam fase nifas, suaminya melakukan peran penting dalam
aktivitas sehari-hari. Suami Bu Ratni bangun lebih pagi untuk melakukan
pekerjaan rumah serta mengasuh dan menajga kesehatan ketujuh anak mereka.
Selain itu, suaminya juga berusaha untuk dapat membagi waktunya untuk bekerja
di kantor dan berada di rumah untuk membantu dan menemani Ibu Ratni.
Tidak hanya suaminya,
para tetangga dari Ibu Ratni juga member tanggapan dan respon positif terhadap
keadaan Ibu Ratni. Mereka membantu Ibu Ratni dalam menyiapkan jamuan untuk para
tetangga lainnya yang datang menjenguk. Tetangga yang menjenguk pun dengan real
mendoakan serta memberikan bantuan yang berupa peralatan bayi dan bahan
sembako.
Respon positif yang
diterima oleh Ibu Ratni, baik dari suaminya maupun dari para tetangganya, telah
membuat Ibu Ratni tenang dan menerima keadaan nifas yang dialaminya. Adanya
dukungan berupa dukungan materian dan nonmaterial yang diterimanya, telah
menghilangkan beban psikologi yang mungkin dapat dialami oleh Ibu Ratni. Hal
ini sejalan dengan teori sebelumnya, yang mengatakan bahwa tekanan psikologi yang
dialami pada fase nifas dapat dikurangi dan dihilangkan dengan diadakannya
komunikasi dan dukungan mental. Komunikasi dan dukungan mental tersebut telah
Ibu Ratni dapatkan dari suami dan para tetangganya. Sehingga tidak mengherankan
jika Ibu Ratni tidak merasakan adanya gangguan psikologi.
BAB V
PENUTUP
A.
Simpulan
Berdasarkan paparan
teori serta data dan fakta yang diperoleh, penulis menyimpulkan bahwa seorang
ibu yang sedang berada dalam fase nifas, memiliki kemungkinan untuk mengalami
gangguan psikologi. Hal ini berkaitan dengan kesiapan mental seorang ibu untuk
menerima keadaanya pada fase nifas yang diharuskan untuk beristirahat dalam
jangka waktu tertentu. Selain itu, belum adanya kesiapan untuk menghadapi
perubahan peran yang akan dialami degan lahirnya seorang anak juga dapat
memberikan gangguan psikologi pada sang ibu.
Gangguan Psikologi yang
terjadi harus segera diatasi agar tidak berkelanjutan dan bertambah parah.
Gangguan psikologi dapat dilakukan dengan melakukan komunikasi terapeutik dan
memberikan dukungan mental. Hal ini dapat dilakukan oleh tenaga ahli kesehatan,
pihak keluarga, maupn dari tetangga dan teman-teman.
B.
Saran
Tidak ada komentar:
Posting Komentar