Rabu, 06 Maret 2013

PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS

Tugas Makalah  Konsep Kebidanan
PERAN BIDAN SEBAGAI PELAKSANA
Disusun guna memenuhi sebagian syarat dalam
Tugas Praktikum Konsep Kebidanan  
di akademi Kebidanan Yogyakarta
Oleh :
Marinda Anggasari
AKADEMI KEBIDANAN YOGYAKRTA
YOGYAKARTA
2012



KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin. Segala puji bagi Allah SWT, yang tiada tuhan selain diri-Nya yang menguasai alam semesta ini, dan melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada kita semua, sehingga dengan ijin-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah .
Penyusun Makalah ini tidak akan terlaksana tanpa bantuan, bimbingan dan pengarahan dari semua pihak. Untuk itu pada kesempatan kali ini Penulis ingin mengucapkan terimaksih kepada :
  1. Drs. Hendri Soekirdi, M.Kes selaku direktur utama Akademi Kebidanan Yogyakarta.
  2. Eny Retna A,S,Si,T. selaku pembimbing dan koordinatorPsikologi di Akademi Kebidanan Yogyakarta.
  3. Rekan-rekan Akademi Kebidanan Yogyakarta.
Dengan segala kerendahan hati, Penulis menyadari bahwa Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan.Oleh karena itu, Penulis mengharapkan kritik, saran dan evaluasi demi peningkatan Makalah ini.



Yogyakarta,   Desember 2012



Penulis





BAB 1
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Setelah persalinan seorang wanita akan mengalami masa nifas ( peurperium ). Masa nifas ini dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula sebelum hamil. Masa nifas merupakan masa sesudah persalinan yang di perlukan untuk pemulihan kembali organ reproduksi dengan tenggang waktu 42 hari atau 6 minggu atau 1 bulan 7 hari . Pada masa nifas ini selain menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada organ wanita, akan menyebabkan pula terjadi perubahan kondisi kejiwaab (psikologi) ibu. Dari yang semula belum mempunyai momongan kini ia telah menjadi ibu sekaligus orang tua bagi bayi mungilnya.http:/Sabili.
Menjadi orang tua, adalah masa krisis tersendiri dan ibu harus mampu melewati masa transisi ini . Secara psikologi seorang ibu akan merasakan gejala-gejala psikiartik setelah melahirkan . Beberapa penyesuaian dibutuhkan oleh wanita yang tengah mengalami masa melahirkan baik secara fisik maupun psikis . Sebagian wanita ada yang behasil menghadapi masa tersebut dan sebagian wanita ada pula yang tidak bisa menyesuaikan diri, bahkan bagi mereka yang tidak dapat menyesuaikan dili akan mengalami gangguan-gangguan psikologis. Menurut data WHO tahun 2009, kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang memiliki rasio tertinggi dengan 500 kematian ibu per 100 ribu kelahiran hidup. ( Http:/Jsuyono.blogspot.com/2012/10/masa-nifas.html ).Angka kematian ibu ( AKI ) di Indonesia sangat memprihatinkan temasuk angka kematian yang tertingggi dari hasil Surve Demografi dan Kesehatam Indonesia (SDKI) , angka kematian ibu pada tahun 2009 adalah sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup ( co.id).
Dari hasil Angka Kematian Ibu di Indonesia penulis tertarik untuk melakukan pengkajian pada ibu nifas supaya bisa membandingkan antara teori dan realita yang ada tentang perubahan psikologi ibu nifas.
B.     Tujuan
1.      Mengetaahui perubahan fisik maupun fisikologi ibu nifas
2.      Untuk mengatahui perbandingan antara teori dengan hasil observasi lapangan yang telah di lakukan (kunjungan kerumah pasien )


 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.    Definisi Nifas
Nifas disebut juga post partum atau puerpurium adalah masa atau waktu sejak bayi lahir dan plasenta keluar sampai enam minggu disertai dengan pulihnya kembali organ-organ kandungan (Suherni, Widyasih & Rahmawati 2008, p.01).

B.     Definisi Masa Nifas
1.      Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa ini berlangsung selama 6-8 minggu (Saifuddin et al, 2002).
2.      Masa nifas adalah masa dimulai beberapa jam sesudah lahirnya plasenta sampai 6 minggu setelah melahirkan (Pusdiknakes, 2003:003).
3.      Masa nifas merupakan masa selama persalinan dan segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal. (F.Gary cunningham,Mac Donald,1995:281).
4.      Masa nifas adalah masa setelah seorang ibu melahirkan bayi yang dipergunakan untuk memulihkan kesehatannya kembali yang umumnya memerlukan waktu 6- 12 minggu. ( Ibrahim C, 1998).

C.     Perubahan Fisiologis Pada Ibu Masa Nifas ( Alat-alat Vital  )
 Beberapa perubahan tanda – tanda vital terlihat jika wanita dalam keadaan normal, peningkatan darah systole maupun diastole timbul dan berlangsung selama 4 hari, setelah wanita melahirkan, fungsi pernafasan akan kembali seperti wanita tidak hamil pada bulan ke 6 setelah wanita melahirkan. Saat rahim kosong, diafragma turun, aksis jantung kembali normal, dan impulase titik maksimum (point of maximum impulase (PMI)) dan EKG kembali normal. Perubahan fisiologis pada masa nifas ( tanda – tanda vital) meliputi, Suhu badan, nadi,pernafasan, dan tekanan darah.
a)                   Suhu badan 
Satu hari (24jam) postpatum suhu badan akan naik sedikit (37,5°C – 38°C), suhu dapat naik kurang lebih 0,5 derajat Celcius dari keadaan normal sebagai akibat kerja keras waktu melahirkan, kehilangan cairan dan kelelahan, Apabila keadaan normal suhu badan menjadi biasa. Biasanya pada hari ketiga suhu badan naik lagi karena adanya pembentukan ASI, buah dada menjadi bengkak, berwarna merah karena banyaknya ASI. Bila suhu tidak turun kemungkinan adanya infeksi pada endometrium, mastitis, tractus genitalis atau sistem lain. Apabila kenaikan suhu di atas 38 derajat celcius, waspada terhadap infeksi post partum.
b)                  Nadi 
Denyut nadi normal pada orang dewasa 60-80 kali permenit. Sehabis melahirkan biasanya denyut nadi akan lebih cepat. Bradichardi umumnya ditemukan 6-8 jam pertama setelah persalinan. Bradichardi merupakan suatu konsekuensi peningkatan cardiac out put & stroke volume. Nadi kembali seperti keadaan sebelum hamil 3 bulan setelah persalinan.Nadi diantara 50-70x/ menit dianggap normal. Nadi yang cepat / > mungkin indikasi hipovolumia sekunder dari perdarahan.

c)                   Pernafasan
Frekuensi pernafasan normal pada orang adalah 16-24 kali per menit.Pada ibu umumnya pernafasan lambat atau. Normal. Hal ini dikarenakan ibu dalam keadaan pemulihan atau dalam kondisi.istirahat. Pernafasan akan menurun sampai pada keadaan noramal seperti sebelum hamil, keadaan pernafasan selalu berhubungan dengan keadaan suhu dan denyut nadi. Bila suhu nadi tidak normal, pernafasan juga akan mengikutinya, kecuali apabila ada gangguan khusus pada saluran nafas. Hipoventilasi dan Hypotensi mungkin terdapat pada suatu keadaan yang tidak normal, sehingga sering kali terjadi peningkatan subarachnoid (spinal block).
d)                  Tekanan darah
Tekanan darah sedikit berubah / tidak berubah sama sekali. Hipotensi ortostatik yang diindikasikan dengan perasaan pusing atau pening setelah berdiri dapat berkembang dalam 48 jam pertama sebagai suatu akibat gangguan pada daerah persyarafan yang mungkin terjadi setelah persalinan. Penyebab tekanan darah menurun karena adanya hipovolumia karena perdarahan. Bagaimanapun itu tanda yang terakhir dan gejala lain perdarahan harus diwaspadai. Penyebab Tekanan darah meningkat karena diakibatkan oleh penggunaan obat oxytosin yang berlebihan jika terjadi hipertensi pada kehamilan atau terjadi pada periode I pospartum maka evaluasi rutin tekanan darah diperlukan.Jika seorang wanita mengalami sakit kepala, hipertensi adalah sebagai suatu penyebab Analgetik diberikan jika tensi tinggi & wanita harus cukup istirahat.

D.    ANATOMI FISIOLOGI SISTEM REPRODUKSI PADA MASA NIFAS
1)   Perubahan Pada Uterus
a.    Perubahan Pada Pembuluh Darah Uterus
Kehamilan yang sukses membutuhkan peningkatan aliran darah uterusyang cukup besar. Untuk menyuplainya, arteri dan vena di dalam uterus terutama di plasenta menjadi luar biasa membesar, begitu juga pembuluh darah ke dan dari uterus, pembentukan pembuluh-pembuluh darah baru juga akan menyebabkan peningkatan aliran darah yang bermakna. Setelah kelahiran, kaliber pembuluh darah ekstrauterin berkurang sampai mencapai, atau paling tidak mendekati keadaan sebelum hamil.
Di dalam uterus nifas, pembuluh darah mengalami obliterasi akibat perubahan hialin, dan pembuluh – pembuluh yang lebih kecil menggantikannya. Resorpsi residu hialin dilakukan melalui suatu proses yang menyerupai proses pada ovaruium setelah ovulasi dan pembentukan korpus luteum. Namun, sisa – sisa di dalam jumlah kecil dapat bertahan selama bertahun – tahun.
b.    Perubahan Pada Serviks dan Segmen Bawah Uterus
Tepi luar serviks, yang berhubungan dengan os eksternum, biasanya mengalami laserasi terutama di bagian lateral. Ostium serviks berkontraksi perlahan, dan beberapa hari setelah bersalin ostium serviks hanya dapat ditembus oleh dua jari. Pada akhir minggu pertama, ostium tersebut telah menyempit. Karena ostium menyempit, serviks menebal dan kanal kembali terbentuk. Meskipun involusi telah selesai, os eksternum tidak dapat sepenuhnya kembali ke penampakannya sebelum hamil. Os ini tetap agak melebar, dan depresi bilateral pada lokasi laserasi menetap sebagai perubahan yang permanen dan menjadi cirri khas serviks para. Harus diingat juga bahwa epitel serviks menjalani pembentukan kembali dalam jumlah yang cukup banyak sebagai akibat kelahiran bayi.
Segmen bawah uterus yang mengalami penipisan cukup bermakna akan berkontraksi dan tertarik kembali, tapi tidak sekuat pada korpus uteri. Dalam waktu beberapa minggu, segmen bawah telah mengalami perubahan dari sebuah struktur yang tampak jelas dan cukup besar untuk menampung hamper seluruh kepala janin, menjadi isthmus uteri yang hampir tak terlihat dan terletak diantara korpus uteri diatasnya dan os eksternum serviks dibawahnya.
c.              Involusi Korpus Uteri
Segera setelah pengeluaran plasenta, fundus korpus uteri yang berkontraksi terletak kira – kira sedikit di bawah umbilicus. Korpus uteri kini sebagian besar terdiri atas miometrium yang dibungkus lapisan serosa dan dilapisi desidua basalis. Dinding anterior dan posteriornya saling menempel erat, masing – masing tebalnya 4 sampai 5 cm. Karena pembuluh darah tertekan oleh miometrium yang berkontraksi, uterus nifas pada potongan tampak iskemik bila dibandingkan dengan uterus hamil yang hiperemesis dan berwarna ungu kemerah – merahan. Setelah 2 hari pertama, uterus mulai menyusut, sehingga dalam 2 minggu orga ini telah turun ke rongga panggul sejati. Organ ini mencapai ukuran seperti semula sebelum hamil dalam waktu sekitar 4 minggu. Uterus segera setelah melahirkan mempunyai berat sekitar 1000 gram. Akibat involusi, 1 minggu kemudian beratnya sekitar 500 gram, pada akhir minggu kedua turun menjadi sekitar 300 gram, dan segera setelah itu menjadi 100 gram atau kurang. Jumlah total sel otot tidak berkurang banyak ; namun, sel – selnya sendiri jelas sekali berkurang ukurannya. Involusi rangka jaringan ikat terjadi sama cepatnya.
Karena pelepasan plasenta dan membran – membran terutama terjadi di stratum spongiosum, desidua basalis tetap berada di uterus. Desidua yang tersisa mempunyai bentuk bergerigi tak beraturan, dan terinfiltrasi oleh darah, khususnya di tempat melekatnya plasenta.


d.        Lokhia
Pada masa awal nifas, peluruhan jaringan desidua menyebabkan keluarnyadischarge vagina dalam jumlah bervariasi yang disebut lokhia. Secaramikroskopis, lokhia terdiri atas eritrosit, serpihan desidua, sel – sel epitel, dan bakteri. Mikroorganisme ditemukan pada lokhia yang menumpuk di vagina dan pada sebagian besar kasus juga ditemukan bahkan bila discharge diambil dari rongga uterus.
Selama beberapa hari pertama setelah melahirkan, kandungan darah dalam lokhia cukup banyak sehingga warnanya merah lokhia rubra. Setelah 3 atau 4 hari, lokhia menjadi sangat memucat lokhia serosa. Setelah sekitar 10 hari, akibat campuran leukosit dan berkurangnya kandungan cairan, lokhia menjadi berwarna putih atau putih kekuning – kuningan lokhia alba.
e.         Regenerasi Endometrium
Dalam waktu 2 atau 3 hari setelah melahirkan, sisa desidua berdiferensiasimenjadi dua lapisan. Stratum superficial menjadi nekrotik, dan terkelupas bersama lokhia. Stratum basal yang bersebelahan dengan miometrium tetap utuh dan merupakan sumber pembentukan endometrium baru. Endometrium terbentuk dari proliferasi sisa – sisa kelenjar endometrium dan stroma jaringan ikat antar kelenjar tersebut.Proses regenerasi endometrium berlangsung cepat, kecuali pada tempatmelekatnya plasenta. Dalam satu minggu atau lebih, permukaan bebas menjaditertutup oleh epitel dan seluruh endometrium pulih kembali dalam minggu ketiga. 
f.         Sub Involusi
Istilah ini menggambarkan suatu keadaan menetapnya atau terjadinyaretardasi involusi, proses yang normalnya menyebabkan uterus nifas kembali ke bentuk semula. Proses ini disertai pemanjangan masa pengeluaran lokhia dan perdarahan uterus yang berlebihan atau irregular dan terkadang juga disertai perdarahan hebat. Pada pemeriksaan bimanual, uterus teraba lebih besar dan lebih lunak dibanding normal untuk periode nifas tertentu. Penyebab subinvolusi yang telah diketahui antara lain retensi potongan plasenta dan infeksi pamggul. Karena hampir semua kasus subinvolusi disebabkan oleh penyebab local, keadaan ini biasanya dapat diatasi dengan diagnosis dan penatalaksanaan dini pemberian ergonovin (ergotrate) atau metilergonovin (methergine) 0,2 mg setiap 3 atau 4 jam selama 24 sampai 48 jam direkomendasikan oleh beberapa ahli. Namun efektivitasnya dipertanyakan. Di lain pihak, metritis berespon baik terhadap terapi antibiotic oral.
g.        Involusi Tempat Melekatnya Plasenta
Segera setelah kelahiran, tempat melekatnya plasenta kira – kira berukuransebesar telapak tangan, tetapi dengan cepat ukurannya mengecil. Pada akhir minggu kedua, diameternya hanya 3 sampai 4 cm. Dalam waktu beberapa jam setelah kelahiran, tempat melekatnya plasenta biasanya terdiri atas banyak pembuluh darah yang mengalami thrombosis yang selanjutnya mengalami organisasi thrombus secara khusus.

2)        Perubahan Pada Traktus Urinarius
Kehamilan normal biasanya disertai peningkatan cairan ekstraseluler yang cukupbermakna, dan diuresis masa nifas merupakan kebalikan fisiologis dari proses ini. Diuresis biasanya terjadi antara hari kedua dan kelima. Bahkan bila wanita tersebut tidak mendapat infuse cairan intravena yang berlebihan selama persalinan dan kelahiran. Rangsang untuk retensi cairan akibat hiperestrogenisme terinduksi kehamilan dan peningkatan tekanan vena pada setengah bagian bawah tubuh akan berkurang setelah kelahiran, dan hipervolemi residual akan menghilang. Pada preeclampsia, baik retensi cairan antepartum maupun diuresis postpartum dapat sangat meningkat.Kandung kemih masa nifas mempunyai kapasitas yang bertambah besar dan relative tidak sensitive terhadap tekanan cairan intravesika. Overdistensi pengosongan yang tidak sempurna dan urine residual yang berlebihan sering dijumpai. Pengaruh anestesi terutama anestesi regional yang melumpuhkan, dan gangguan tenporer fungsi saraf kandung kemih, tidak diragukan perannya. Urine residual dan bakteriuria pada kandung kemih yang mengalami cedera, ditambah dilatasi pelvis renalis dan ureter, membentuk kondisi yang optimal untuk terjadinya infeksi saluran kemih. Ureter dan pelvis renalis yang mengalami dilatasi akan kembali ke keadaan sebelum hamil mulai dari minggu ke 2 sampai ke 8 setelah kelahiran.
1.        Relaksasi Muara Vagina dan Prolapsus Uteri
Pada awal masa nifas, vagina dan muara vagina membentuk suatu lorong luasberdinding licin yang berangsur – angsur mengecil ukurannya tapi jarang kembali ke bentuk nulipara. Rugae mulai tampak pada minggu ketiga. Himen muncul kembali sebagai kepingan – kepingan kecil jaringan, yang setelah mengalami sikatrisasi akan berubah menjadi carunculae mirtiformis.Laserasi luas perineum saat kelahiran akan diikut relaksasi introitus. Bahkan bilatak tampak laserasi eksterna, peregangan berlebih akan menyebabkan relaksasi nyata. Lebih lanjut, perubahan pada jaringan penyangga panggul selama persalinan merupakan predisposisi prolaps uteri dan inkontenensia uri stress. Pada umumnya, operasi korektif ditunda hingga seluruh proses persalinan selesai, kecuali tentu saja terdapat kecacatan serius, terutama inkontinensia uri akibat stress, yang menimbulkan gejala – gejala yang membutuhkan intervensi.
2.        Peritonium dan Dinding Abdomen
Ligamentum latum dan rotundum jauh lebih kendur disbanding kondisi saat tidakhamil, dan ligament – ligament ini memerlukan waktu yang cukup lama untuk pulih dari peregangan dan pengenduran yang berlangsung selama kehamilan.Sebagai akibat putusnya serat – serat elastis kulit dan distensi yangberkepanjangan yang disebabkan uterus hamil, dinding abdomen masih lunak dan kendur untuk sementara waktu. Kembalinya struktur ini ke keadaan normal memerlukan waktu beberapa minggu, tapi pemulihan dapat dibantu dengan olahraga. Selain timbulnya striae yang berwarna keperak – perakan, dinding abdomen biasanya kembali ke keadaan sebelum hamil. Namun, jika otot – ototnya tetap atonik, dinding abdomen akan tetap kendur.
3)             Kelenjar Mamae
a.    Payudara
Puting susu, areola, duktus & lobus membesar, vaskularisasi meningkat (Breast Engorgement).
b.     Laktasi
Masing – masing buah dada terdiri dari 15 – 24 lobi yang terletak terpisah satu sama lain oleh jaringan lemak. Tiap lobus terdiri dari lobuli yang terdiri pula dari acini yang menghasilkan air susu. Tiap lobules mempunyai saluran halus untuk mengalirkan air susu. Saluran – saluran yang halus ini bersatu menjadi satu saluran untuk tiap lobus. Saluran ini disebut ductus lactiferosus yang memusat menuju ke putting susu di mana masing – masing bermuara.Keadaan buah dada pada 2 hari pertama nifas sama dengan keadaan dalam kehamilan. Pada waktu ini buah dada belum mengandung susu, melainkan colostrum yang dapat dikeluarkan dengan memijat areola mamae. Colostrum adalah cairan kuning yang disekresi oleh payudara pada awal masa nifas.Progesteron dan estrogen yang dihasilkan plasenta merangsang pertumbuhan kelenjar – kelenjar susu, sedangkan progesterone merangsang pertumbuhan saluran kelenjar. Kedua hormone ini mengerem LTH (prolactin). Setelah plasenta lahir, maka LTH dengan bebas dapat merangsang laktasi.Pada kira – kira hari ke 3 postpartum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai permulaan sekresi air susu dan kalau areola mamae dipijat, keluarlah cairan putih dari puting susu

E.     PERUBAHAN PSIKOLOGIS IBU PADA MASA NIFAS
Menjadi orang tua adalah merupakan krisis dari melewati masa transisi. Masa transisi pada postpartum yang harus diperhatikan adalah : 
1. Phase Honeymoon
Phase Honeymoon ialah Phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak yang lama antara ibu – ayah – anak. Hal ini dapat dikatakan sebagai “ Psikis Honeymoon “ yang tidak memerlukan hal-hal yang romantik. Masing-masing saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.
2. Ikatan kasih ( Bonding dan Attachment )
Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak, dan tetap dalam ikatan kasih, penting bagi perawat untuk memikirkan bagaimana agar hal tersebut dapat terlaksana partisipasi suami dalam proses persalinan merupakan salah satu upaya untuk proses ikatan kasih tersebut.
3. Phase Pada Masa Nifas
a. Phase “ Taking in “
Perhatian ibu terutama terhadap kebutuhan dirinya, mungkin pasif dan tergantung berlangsung 1 – 2 hari. Ibu tidak menginginkan kontak dengan bayinya tetapi bukan berarti tidak memperhatikan. Dalam Phase yang diperlukan ibu adalah informasi tentang bayinya, bukan cara merawat bayi.
b. Phase “ Taking hold “
Phase kedua masa nifas adalah phase taking hold ibu berusaha mandiri dan berinisiatif. Perhatian terhadap kemampuan mengatasi fungsi tubuhnya misalnya kelancaran buang air besar hormon dan peran transisi. Hal-hal yang berkontribusi dengan post partal blues adalah rasa tidak nyaman, kelelahan, kehabisan tenaga. Dengan menangis sering dapat menurunkan tekanan. Bila orang tua kurang mengerti hal ini maka akan timbul rasa bersalah yang dapat mengakibatkan depresi. Untuk itu perlu diadakan penyuluhan sebelumnya, untuk mengetahui bahwa itu adalah normal.
4. Bounding Attachment
Bounding merupakan satu langkah awal untuk mengungkapkan perasaan afeksi ( kasih sayang )sedangkan Atachmen merupakan interaksi antara ibu dan bayi secara spesifik sepanjang waktu.Jadi Bounding Atachmen adalah kontak awal antara ibu dan bayi setelah kelahiran, untuk memberikan kasih sayang yang merupakan dasar interaksi antara keduanya secara terus menerus. Dengan kasih sayang yang diberikan terhadap bayinya maka akan terbentuk ikatan antara orang tua dan bayinya.
5. Respon Antara Ibu dan Bayinya Sejak Kontak Awal Hingga Tahap Perkembangannya.
a.         Touch ( sentuhan ).
Ibu memulai dengan ujung jarinya untuk memeriksa bagian kepala dan ekstremitas bayinya. Dalam waktu singkat secara terbuka perubahan diberikan untuk membelai tubuh. Dan mungkin bayi akan dipeluk dilengan ibu. Gerakan dilanjutkan sebagai gerakan lembut untuk menenangkan bayi. Bayi akan merapat pada payudara ibu. Menggenggam satu jari atau seuntai rambut dan terjadilah ikatan antara keduanya.
b.         Eye To Eye Contact ( Kontak Mata )
Kesadaran untuk membuat kontak mata dilakukan kemudian dengan segera. Kontak mata mempunyai efek yang erat terhadap perkembangan dimulainya hubungan dan rasa percaya sebagai factor yang penting sebagai hubungan manusia pada umumnya. Bayi baru lahir dapat memusatkan perhatian pada suatu obyek, satu jam setelah kelahiran pada jarak sekitar 20-25 cm, dan dapat memusatkan pandangan sebaik orang dewasa pada usia kira-kira 4 bulan, perlu perhatian terhadap factor-faktor yang menghambat proses tersebut 
Mis ; Pemberian salep mata dapat ditunda beberapa waktu sehingga tidak mengganggu adanya kontak mata ibu dan bayi
c.         Odor ( Bau Badan ).
Indra penciuman bayi sudah berkembang dengan baik dan masih memainkan peranan dalam nalurinya untuk mempertahankan hidup. 
Penelitian menunjukan bahwa kegiatan seorang bayi, detak jantung dan pola bernapasnya berubah setiap kali hadir bau yang baru, tetapi bersamaan makin dikenalnya bau itu sibayipun berhenti bereaksi.Pada akhir minggu I seorang bayi dapat mengenali ibunya dari bau badan dan air susu ibunya.Indra Penciuman bayi akan sangat kuat, jika seorang ibu dapat memberikan bayinya ASI pada waktu tertentu.
d.        Body Warm ( Kehangatan Tubuh )
Jika tidak ada komplikasi yang serius seorang ibu akan dapat langsung meletakan bayinya diatas perut ibu, baik setalah tahap kedua dari proses melahirkan atau sebelum tali pusat dipotong.
Kontak yang segera ini memberikan banyak manfaat baik bagi ibu maupun sibayi kontak kulit agar bayi tetap hangat.
e.         Voice ( Suara )
Respon antara ibu dan bayi berupa suara masing-masing orang tua akan menantikan tangisan pertama bayinya. Dari tangisan tersebut ibu merasa tenang karena merasa bayinya baik ( hidup ).
Bayi dapat mendengar sejak dalam rahim, jadi tidak mengherankan bila ia dapat mendengar suara-suara dan membedakan nada dan kekuatan sejak lahir, meskipun suara-suara itu terhalang selama beberapa hari terhalang cairan amniotic dari rahim yang melekat pada telinga.
Banyak Penelitian memperhatikan bahwa bayi-bayi baru lahir bukan hanya mendengar secara pasif melainkan mendengarkan dengan sengaja dan mereka nampaknya lebih dapat menyesuaikan diri dengan suara-suara tertentu daripada yang lain.Contoh ; suara detak jantung ibu.
f.          Entrainment ( gaya bahasa )
BBL menemukan perubahan struktur pembicaraan dari orang dewasa artinya perkembangan bayi dalam bahasa dipengaruhi diatur, jauh sebelum ia menggunakan bahasa dalam berkomunikasi ( komunikasi yang positip )
g.         Biorhytmicity ( Irama Kehidupan )
Janin dalam rahim dapat dikatakan menyesuaikan dengan irama alamiah ibunya seperti halnya denyut jantung. Salah satu tugas bayi setelah adalah menyesuaikan irama dirinya sendiri. Orang tua dapat membantu proses ini dengan memberikan perawatan penuh kasih yang secara konsisten dan dengan menggunakan tanda bahaya untuk mengembangkan respon bayi dan interaksi social serta kesempatan untuk belajar.
6.     Post Partum Blues
a. Definisi
Post partum blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanyahanya muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga 10 hari sejak kelahiran bayinya.Gejala-gejala post partum blues, sebagai berikut :1. Cemas tanpa sebab2.Menangis tanpa sebab3.Tidak percaya diri4.Tidak sabar 5.Sensitif, mudah tersinggung6.Merasa kurang menyangi bayinya7.Tidak memperhatikan penampilan dirinya8.Kurang menjaga kebersihan dirinya9. Gejala fisiknya seperti : kesulitan bernafas, ataupun perasaan yang berdebar-debar.10. Ibu merasakan kesedihan, kecemasan yang berlebihan11.Ibu merasa kurang diperhatikan oleh suami ataupun keluarga.

b.  Etiologi
Ada beberapa hal yang menyebabkan post partum blues, diantaranya :
1. Lingkungan melahirkan yang dirasakan kurang nyaman oleh si ibu.
2. Kurangnya dukungan dari keluarga maupun suami
3.Sejarah keluarga atau pribadi yang mengalami gangguan psikologis
4.Hubungan sex yang kurang menyenangkan setelah melahirkan
5.Tidak ada perhatian dari suami maupun keluarga
6. Tidak mempunyai pengalaman menjadi orang tua dimasa kanak-kanak atau remaja
Misalnya tidak mempunyai saudara kandung untukdirawat.Dengan kata lain para wanita lebih mungkin mengembangkan depresi post partum jikamereka terisolasi secara sosial dan emosional serta baru saja mengalami peristiwa kehidupanyang menakan.Post partum blues tidak berhubungan dengan perubahan hormonal, bikimia atau kekurangangizi. Antara 8% sampai 12% wanita tidak dapat menyesuaikan peran sebagai orang tua danmenjadi sangat tertekan sehingga mencari bantuan dokter.

c. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan disini adalah cara mengatasi gangguan psikologis pada nifas dengan post partum blues. Ada beberapa cara untuk mengatasi masalah ini yaitu :
1.    Dengan cara pendekatan komunikasi teraupetik
Tujuan dari komunikasi teraupetik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :
a.                   Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi.
b.                    Dapat memahami dirinya
c.                   Dapat mendukungtindakan konstruksi.
d.                  Peningkatan support mental/dukungan keluarga dalam mengatasi gangguan psikologisyang berhubungan dengan masa nifas dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akanmengalami fase-fase, sebagai berikut :
a. Fase taking in yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampaihari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu focus perhatian ibu hanya pada dirinya sendiri, pengalaman selama proses persalinan sering berulang-ulang diceritakannya. Hal ini membuatcenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungannya. 
b. Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah persalinan. Padafase ini ibu merasa khawatir akan ketidak mampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalammerawat bayi. Pada fase ini ibu karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percayadiri.c. Fase letting go, merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merawatdiri dan bayinya sudah meningkat
e.         Pencegahan
                     Post partum blues dapat dicegah dengan cara :
1). Anjurkan ibu untuk merawat dirinya, yakinkan pada suami atau keluarga untuk selalumemperhatikan si ibu.
2). Menu makanan yang seimbang.
3). Olah raga secara teratur .
4). Mintalah bantuan pada keluarga atau suami untuk merawat ibu dan bayinya.
5) Rencanakan acara keluar bersama bayi berdua dengan suami.


BAB III
STUDI KASUS

BIODATA AYAH
Nama               : Pujianto
TTL                 : Bantul, 21 April 1970
Agama             : Islam
Umur               : 43 tahun
Pendidikan      : SMA
Pekerjaan         :  Wiraswata
Suku/ bangsa   : Jawa/Indonesia
Alamat                        : RT.4, Ukir Sari, Imogiri

BIODATA IBU
Nama               : Ratni Nurlia Padli
TTL                 : Lampung, 21 April 1980
Agama             : Islam
Umur               : 33 tahun
Pendidikan      : SMP
Pekerjaan         : Ibu Rumah Tangga
Suku/bangsa    : Jawa/Indonesia
Alamat                        : RT.4, Ukir Sari, Imogiri

BIODATA ANAK
Nama               : Noviana dan Noviani
TTL                 : 31 November 2012
Jenis kelamin   : Perempuan
Umur               : 1 minggu
Berat Bayi       : Noviana ( 21 gram)
                          Noviani ( 27 gram)
Panjang Bayi   : Noviana ( 45 cm)
                          Noviani ( 43 cm)



Ibu mengatakan bahwa perasaan ibu setelah berhasil melahirkan menjadi lega namun juga sedih. Senang karena sudah bisa melahirkan dengan selamat dan bisa melewati masa mengandung selama 9 bulan terlebih lagi bayi yang dilahirkan adalah kembar perempuan sungguh suatu hal sangat istimewa bagi sang ibu dan keluarga. Sedih karena sang ibu menjadi kerepotan saat sang bayi menangis maka kembaran bayi tesebut pun ikut menangis juga.


BAB IV
PEMBAHASAN
A.    Proses Adaptasi Psikologis Ibu Dalam Masa Nifas

1.      Adaptasi Psikologis Ibu
Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai enam minggu berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pengecasan postpartum adalah 2-6 jam, 2 jam-6 hari, 2 jam-6 minggu (atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari 6 minggu ). Berarti enam minggu pertama setelah ibu melahirkan yang mungkin kelihatannya agak mengejutkan hati dalam sebuah buku ingormal seperti ini. Pengawasan dan asuhan postpartum masa nifas sangat diperlukan yang bertujuan untuk
a.       menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi
b.      melaksanakan sekrining yang komrenshensif, mendeteksi masalah mengobatai, atau merujuk bila terjadi komlikasi pada ibu maupun bayinya
c.       memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehtan diri, nutrisi, KB, menyusui, pemberian imuniasasi pada saat bayi sehat
d.      memberikan pelayana KB gangguan yang sering terjadi pada masa nifas berupa gangguan psikologis seperti postpartum blues (PPS), depresi postpartum dan postpartum psikologi.

2.      Postpartum Blues
Postpartum Blues merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasanya hanya muncul sementara waktu yakni sekita dua hari hngg dua minggu sejak kelahiran bayi yang ditandai gejala-gejala sebagai berikut:
a.       Cemas tanpa sebab
b.      Menangis tanpa sebab
c.       Tidak sabar
d.      Tidak percaya diri
e.       Sensitif mudah tersinggung
f.       Merasa kurang menyayangi bayinya

Jika gejala seperti diatas  dianggap enteng, keadaan ini bisa serius dan bisa bertahan dua minggu sampai satu tahun dan akan berkelanjutan menjadi postpatum syndrome. Gangguan  psikologis pada nifas degan postpartum blues dapat diatasi dengan cara sebagai berikut.

1)      Komunikasi Terapeutik
Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara
a)      mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi
b)      dapat memahami dirinya
c)      dapat mendukug tindakat konstruktif

2)      Meningkatkan Support Mental / Dukungan Keluarga Dalam Mengatasi Gangguan Psikologis Yang Berhubungan Dengan Masa Nifas


Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase berikut ini:
a.       fase taking ini yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari pertama sampai hari kedua setelah melahirkan . pada saat itu fokus pertahatian ibu terutama pada diri sendiri. Pengalamanselamaa proses persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung ibu menjadi pasif terhadap lingkungan.
b.      Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah malahirkan. Pada fase ini ibu merasa khawatir akan ketidakmampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya diri.
c.       Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah dapat menyesuaikan diri, merwat diri dan bayinya sudah meningkat. Ada kalnya ibu mengalami perasaa sedih yang berkaitan dengan bayinya keadaan ini disebut baby blues.

Jika keadaan seperti diatas terjadi, disarankan untuk
a.       minta bantuan suami atau keluarga yang lain, jika membutuhkan istirahat untuk menghilangkan kelelahan;
b.      memberitahu suami mengenai apa yang sedang seorang ibu rasakan serta meminta dukungan dan pertolongannya;
c.       membuang rasa cemas dan kekhawatirnya akan kemampuan merawat bayi karena semangkin sering merawat bayi, ibu akan semakin terampil dan percaya diri;
d.      mencari hiburan dan luangkan waktu untuk diri sendiri.


B.     Pembahasan Studi Kasus
Dari kasus yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, diketahui bahwa Ibu Ratni, yang saat ini telah selesai melahirkan dua putri kembarnya, ketika akan menghadapi masa persalinan sempat mendapat guncangan psikis akibat adanya kesalahan dari diagnosa dokter tentang ukuran janin yang dikandungnya. Pada saat sebelum mendekati masa persalinan, dokter meyakinkan bahwa Ibu Ritni dapat melahirkan secara normal. Namun, ketika hendak melakukan persalinan, dokter  terpaksa mengambil tindakan operasi cesar karena ukuran janin yang terlalu besar.
Berdasarkan pemaparan sebelumnya, maka terdapat kemungkinan Ibu ratni akan mengalami gangguan psikologi karena adanya perubahan rencana dalam proses melahirkan dari normal menjadi operasi cesar. Kemungkinan akan adanya gangguan psikologi juga diperkuat dengan keadaan bahwa seorang ibu yang melalui proses persalinan dengan cara operasi cesar akan membutuhkan waktu pemulihan yang lebih lama daripada persalinan normal. Sebagai seorang ibu, Ibu ratni juga mempunya tujuh anak lain yang juga menjadi tanggung jawabnya untuk mengasuh dan membesarkan serta mendidik mereka. Di samping itu, Ibu ratni merupakan seorang ibu rumah tangga yang memiliki kewajiban dan hak untuk dipenuhi. Sehingga, lamanya waktu pemulihan akibat operasi cesar akan menghambat setiap kegiatan yang harus dilakukan oleh seorang ibu yang berkemungkinan menimbulkan gangguan psikologis terhadap Ibu Ratni.
Fakta yang diperoleh dari wawancara, ternyata Ibu ratni mengaku bahwa dia tidak mengalami gangguan psikologi apapun saat dalam fase nifas. Dia merasa biasa-biasa saja dan tidak ada tekanan terhadap apa yang dia alami. Ibu Ratni mengungkapkan bahwa pada saat dia sedang berada dalam fase nifas, suaminya melakukan peran penting dalam aktivitas sehari-hari. Suami Bu Ratni bangun lebih pagi untuk melakukan pekerjaan rumah serta mengasuh dan menajga kesehatan ketujuh anak mereka. Selain itu, suaminya juga berusaha untuk dapat membagi waktunya untuk bekerja di kantor dan berada di rumah untuk membantu dan menemani Ibu Ratni.
Tidak hanya suaminya, para tetangga dari Ibu Ratni juga member tanggapan dan respon positif terhadap keadaan Ibu Ratni. Mereka membantu Ibu Ratni dalam menyiapkan jamuan untuk para tetangga lainnya yang datang menjenguk. Tetangga yang menjenguk pun dengan real mendoakan serta memberikan bantuan yang berupa peralatan bayi dan bahan sembako.
Respon positif yang diterima oleh Ibu Ratni, baik dari suaminya maupun dari para tetangganya, telah membuat Ibu Ratni tenang dan menerima keadaan nifas yang dialaminya. Adanya dukungan berupa dukungan materian dan nonmaterial yang diterimanya, telah menghilangkan beban psikologi yang mungkin dapat dialami oleh Ibu Ratni. Hal ini sejalan dengan teori sebelumnya, yang mengatakan bahwa tekanan psikologi yang dialami pada fase nifas dapat dikurangi dan dihilangkan dengan diadakannya komunikasi dan dukungan mental. Komunikasi dan dukungan mental tersebut telah Ibu Ratni dapatkan dari suami dan para tetangganya. Sehingga tidak mengherankan jika Ibu Ratni tidak merasakan adanya gangguan psikologi.


BAB V
PENUTUP
A.      Simpulan
Berdasarkan paparan teori serta data dan fakta yang diperoleh, penulis menyimpulkan bahwa seorang ibu yang sedang berada dalam fase nifas, memiliki kemungkinan untuk mengalami gangguan psikologi. Hal ini berkaitan dengan kesiapan mental seorang ibu untuk menerima keadaanya pada fase nifas yang diharuskan untuk beristirahat dalam jangka waktu tertentu. Selain itu, belum adanya kesiapan untuk menghadapi perubahan peran yang akan dialami degan lahirnya seorang anak juga dapat memberikan gangguan psikologi pada sang ibu.
Gangguan Psikologi yang terjadi harus segera diatasi agar tidak berkelanjutan dan bertambah parah. Gangguan psikologi dapat dilakukan dengan melakukan komunikasi terapeutik dan memberikan dukungan mental. Hal ini dapat dilakukan oleh tenaga ahli kesehatan, pihak keluarga, maupn dari tetangga dan teman-teman.

B.     Saran




Tidak ada komentar:

Posting Komentar